Sunday, January 22, 2017

Published 10:20 AM by with 0 comment

Eulophophyllum Kirki dan Eulophophyllum Lobulatum

Dua spesies serangga baru dari
hutan di utara Borneo teridentifikasi

Photo by Peter Kirk / National Geographic

     Uniknya, sementara spesies betina berwarna merah atau pink dan spesies jantan berwarna hijau. Tak hanya itu, keduanya juga sangat menyerupai daun.

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Subordo : Ensifera
Famili : Tettigoniidae
Subfamili : Phaneropterinae
Genus : Eulophophyllum
Spesies : E. Kirki & E. Lobulatum

Nama Binomial
Eulophophyllum Kirki
Eulophophyllum Lobulatum
(Ingrisch & Riede, 2016)

Eulophophyllum Kirki betina
Photo by Peter Kirk / National Geographic

     Sekilas, mungkin anda mengira gambar di atas merupakan sekumpulan dedaunan berwarna merah. Tapi coba perhatikan dengan lebih seksama digambar tersebut terdapat seekor serangga merah yang sedang hinggap di atas dedaunan berwarna merah.

     Serangga tersebut merupakan tonggeret atau garengpung (Eulophophyllum Kirki) betina yang ditemukan di hutan hujan Borneo. Unitnya, sementara spesies betina berwarna merah atau pink sedangkan yang jantan berwarna hijau dan tidak hanya itu, keduanya juga menyerupai dedaunan dengan urat khas dan lobus seperti seperti daun pada kakinya.

Penampakan kaki belakang Eulophophyllum Kirki betina
Photo by Peter Kirk / National Geographic

     Pada tahun 2013 silam, seorang rekan menunjukan kepada George Beccaloni ahli hewan di Natural History Museum London gambar berwarna spektakuler tonggeret (katydid), sejenis belalang, seperti serangga. Karena tidak bisa mengidentifikasi serangga itu, Beccaloni mengirim foto tersebut kepada Sigfrid Ingrisch ahli serangga Asia.

     "Dia enggan menyebutkan dan menjelaskan karena mendiskripsikan spesies baru hanya berdasarkan pada foto bukanlah tindakan yang baik," kata Beccaloni. "Seringkali anda perlu melihat karakteristik microskopis, hal hal yang tidak muncul di foto, untuk membedakan spesies."

     Akan tetapi pada kasus ini, para ilmuan merasa sangat yakin untuk menamai serangga ini sebagai spesies baru Eulophophyllum Kirki, karena urat sayap pada serangga itu sangat terlihat jelas dan berbeda dengan spesies serangga lain yang telah diidentifikasi. Urat urat sayap merupakan bagian yang biasa digunakan sebagai pembeda di kalangan spesies serangga tonggeret.

     Tim juga menguji spesimen tonggeret yang dikumpulkan saat ekspedisi ke Borneo pada tahun 1993 silam dan disimpan sebagai koleksi museum Jerman. Mereka memutuskan bahwa spesimen ini, dengan foto foto yang ditemukan di internet, mewakili spesies terbaru kedua tonggeret Eulophophyllum Lobulatum.

Eulophophyllum Lobulatum, Minalabu, Sabah, Malaysia
Februari 2012
Photo by Mark Eller

     Dalam study terbaru Jurnal of Orthoptera Research, Beccaloni dan rekan rekannya mengklarifikasikan dua serangga tersebut kedalam genus Eulophophyllum yang sebelumnya diketahui dari seekor tonggeret betina (Eulophophyllum Thaumasium) yang ditemukan di utara Borneo hampir 100 tahun lalu.

     Kedua spesies ini berbeda dengan spesimen tonggeret betina berwarna jambon yang sebelumnya diketahui. Perbedaan tersebut tampak pada urat urat sayap dan kehadiran perkembangan seperti daun pada kaki belakang mereka. Kemungkinan alasan tonggeret ini berbeda warna karena mereka memiliki alasan yang berbeda pula untuk kamuflase.

     "Spesies tonggeret betina yang baru ditemukan ini hampir pasti bersembunyi dan memakan daun muda berwarna merah," Ungkap Beccaloni. "Mungkin tonggeret jantan mengembangkan kamuflase hijau agar mereka dapat bersembunyi dilebih banyak tempat saat mereka berkeliaran mencari betina," tambahnya.

Eulophophyllum Kirki jantan
Photo by Paul Bertner

     Beberapa ahli yang lain tidak begitu yakin untuk menentukan spesies yang baru hanya berdasarkan foto.

     "Anda bisa mengidentifikasi spesies berdasarkan foto, tetapi anda tidak dapat mendeskripsikan dan menamai spesies hanya berdasarkan foto, anda harus memegangnya secara langsung," kata David Rentz, ilmuan mantan kepala penelitian di Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation di Canberra, Australia.

     Ahli serangga independent, Rob Felix, sepakat dengan Rentz. "Deskripsi spesies harus selalu dilakukan berdasarkan referensi yang ada di tangan anda dan diuji ulang."

     Tetapi dia menambahkan "Para penulis studi memiliki alasan yang sangat bagus untuk mendeskripsikan spesies itu berdasarkan foto saat ini, mereka berharap untuk menghasilkan publisitas, sehingga pihak berwenang menyadari pentingnya mengkumpulkan beberapa spesimen."

     "Karena habitat tonggeret (katydid) baru ini di Borneo berada dalam ancaman akibat penebangan untuk perkebunan kelapa sawit dan kayu, pengetahuan tentang penghuni kawasan ini mungkin dapat membantu upaya konservasi," pungkas Felix.

0 comments:

Post a Comment