Thursday, February 2, 2017

Published 10:25 AM by with 1 comment

Ferjervarya Chiangmaiensis

Spesies baru genus Ferjervarya
dari utara Thailand

Ferjervarya Chaingmaiensis jantan
Photo by Chatmongkon Suwannapoom

     Spesies katak baru berwarna coklat tua dengan ukuran relatif kecil dan kepala sedikit moncong ditemukan di desa Monjong, Omkoi, provinsi Chaing Mai.

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Infrafilum : Gnathostomata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas : Amfibia
Ordo : Anura
Subordo : Neobatrachia
Superfamili : Ranoidea
Famili : Ranidae
Genus : Ferjervarya
Spesies : F. Chaingmaiensis

Nama Binomial
Ferjervarya Chaingmaiensis
(Suwannapoom, 2016)

   Spesies ini diberi nama Ferjervarya Chaingmaiensis, julukan Chaingmaiensis adalah bahasa Latin yang berasal dari nama provinsi Chaing Mai, Thailand. Spesies ini juga mempunyai nama umum "Chaing Mai Rain-Pool Frog" atau nama Thailand "Kob-Nonglek Chaing Mai" yang diambil dari kata "Kob" untuk "Katak", "Nonglek" untuk "Rawa rawa kecil" dan "Chaing Mai" untuk "Provinsi Chaing Mai di Thailand".

Distribusi Ferjervarya Chaingmaiensis
dari utara Thailand, distrik Omkoi, provinsi Chaing Mai

     Katak ini berasal dari wilayah tunggal yang meliputi sebuah peternakan dataran rendah desa Monjong, Omkai, provinsi Chiang Mai dengan ketinggian 460 mdpl.

A. Penampakan Dorsal, B. Penampak Ventral
C. Penampakan tangan kanan (ventral)
D. Penampakan kaki
Photo by Chatmongkon Suwannapoom

     Ukuran tubuh jantan Ferjervarya Chaingmaiensis berbeda dari spesies Ferjervarya lainya. Spesies baru berukuran 26,3 - 29,1 mm (Thailand) lebih kecil daripada Ferjervarya Sengupti yang berukuran 33,4 - 35,7 mm (India) dan jauh lebih kecil daripada Ferjervarya Kudremukhensis yang berukuran 40,8 - 43,3 mm (India). Spesies baru juga mempunyai frekuensi suara panggilan yang lebih rendah dibandingkan dengan Ferjervarya Sengupti dan Ferjervarya Kudremukhensis (2,0 kHz lawan 3,3 kHz dan 3,6 kHz).

Sonogram dan oscillogram Ferjervarya Chaingmaiensis
direkam pada 30 Juni 2013
di desa Monjong, distrik Omkai, provinsi Chaing Mei, Thailand

     Spesies ini punya panggilan pendek dan panjang. Panggilan pendek terdiri dari serangkaian catatan pulsa. Setiap dari catatan ini berlangsung 3,0±0,4 s dan terdiri dari 9-12 pulsa/call (rata rata 11,2±1,8). Catatan interval 1,81±0,598 s, frekuensi dominan 2,0±0,03 kHz dan harmonik kedua 857±0,036 sekitar 3kHz. Panggilan memiliki modulasi frekuensi sedikit.

Read More

Monday, January 30, 2017

Published 4:29 AM by with 0 comment

Pylopaguropsis Mollymullerae

Kelomang permen bergaris
(Candy Striped Hermit Crab)
ditemukan di Karibia

Pylopaguropsis Mollymullerae
Photo by Rafael Lemaitre & Ellen Muller

     Baru baru ini seorang fotografer bawah laut bernama Ellen Muller dengan peralatan scuba miliknya memperoleh foto foto dan video bawah laut penampakan kelomang merah bergaris kecil dan berwarna cerah yang terbukti mewakili spesies baru genus Pylopaguropsis.

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Superkelas : Multicrustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Infraordo : Anomura
Superfamili : Paguroidea
Famili : Paguridae
Genus : Pylopaguropsis
Spesies : P. Mollymullerae

Nama Binomial
Pylopaguropsis Mollymullerae
(Lemaitre, 2017)

     Spesies baru ini dideskripsikan dalam jurnal ZooKeys. Pola warnanya mengingatkan penulis Dr. Rafael Lemaitre dari Smithsonian Institute, Amerika Serikat, dengan permen gula tradisional dan dengan demikian ia menetapkan nama umum "Candy Striped Hermit Crab".

Common Name "Candy Striped Hermit Crab
Photo by Rafael Lemaitre & Ellen Muller

     Sementara itu, nama ilmiah dari spesies baru ini Pylopaguropsis Mollymullerae sesuai nama Molly Muller, cucu muda Ellen Muller. Ellen percaya bahwa "Dengan penghormatan ini akan menginspirasi Molly untuk melanjutkan tradisi melindungi keragaman kehidupan laut yang menakjubkan dan rapuh di Pulau Bonaire."

     Kelomang ini pertama kali difoto secara tidak sengaja disamping "Dwarf Reef Lobster" sambil mengamati invertebrata di celah celah dibawah karang besar. Selanjutnya lebih banyak kelomang difoto di berbagai celah celah bersama dengan "Broad Banded Moray". Ketika izin diperoleh dari pemerintah Pulau Bonaire, beberapa spesimen dikumpulkan dan dibawa untuk studi di Smithsonian Institute. Deskripsi formal kemudian disiapkan untuk publikasi dan spesimen disimpan di National Museum of Natural History, seperti yang dipersyaratkan oleh peraturan ilmiah ketika penamaan spesies baru.

A. Cheliped kanan (dorsal), B. Dactyl  dan fixed finger (ventral)
C. Cheliped kiri (dorsal), D. Cheliped kiri (lateral)
E. Cheliped kiri (mesial)
Drawings by Dr. Rafael Lemaitre

     Bentuk Cheliped (Pencapit) kanan spesies kelomang baru ini luar biasa unik dengan bentuk dan ukuran lebih besar bila dibandingkan dengan tubuhnya.

A. Pereopod kiri 2 (lateral), B. Pereopod kiri 3 (lateral)
C. Pereopod kanan 2 (lateral), D. Dactyl of same (mesial)
E. Pereopod kanan 3 (lateral), F. Dactyl of same (mesial)
Drawings by Dr. Rafael Lemaitre

     Perilaku kelomang baru ini sangat menarik. Ada sebuah asosiasi ekologi antara kelomang dan belut moray dimana fungsi kelomang ini sebagai "cleaner" atau "den commensal". Dalam satu contoh, satu individu diamati merangkak pada tubuh belut moray, mungkin memakan material yang menempel diatasnya. Pengamatan ini dapat ditafsikan sebagai bukti adanya asosiasi simbiosis antara keduanya.

Asosiasi Ekologi "Candy Striped Hermit Crab" & "Broad Banded Moray"
Photo by Ellen Muller

     Pembersih parasit pada tubuh ikan atau memakan partikel kecil yang menempel pada tubuh ikan oleh udang kecil telah dikenal hampir 60 tahun, tetapi belum pernah kelomang yang terdokumentasikan untuk terlibat dalam asosiasi ekologi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi benar tidaknya peran ekologis ini.
Read More

Saturday, January 28, 2017

Published 7:20 AM by with 0 comment

Harryplax Severus

Dunia sihir hadir di puing puing
karang mati Samudra Pasifik

Spesies kepiting baru ditemukan
di reruntuhan karang panti Guam
Photo by Jose C. E. Mendoza

     Spesies baru kepiting bertubuh kuning pucat dengan mata serupa manik manik diberi nama seperti tokoh sihir dalam serial Harry Potter dan juga penemu pertamanya.

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Superkelas : Multicrustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Infraordo : Brachyura
Superfamili : Pseudozioidea
Famili : Christmaplacidae
Genus : Harryplax
Spesies : H. Severus

Nama Binomial
Harryplax Severus
(Mendoza & Ng, 2017)

     Para peneliti mengumumkan penemuan spesies baru kepiting yang hidup di bawah puing puing karang mati di sepanjang pesisir pulau Guam dan pulau Mariana di barat Samudra Pasifik. Spesies ini diberi nama Harryplax Severus.

A. Cephalothorax, Left Side, B. Right Third Maxilliped,
C. Right (Major) Chela, D. Right (Major) Cheliped,
E. Left (Minor) Chela, F. Right P4, G. Right P5,
H. Right Vulva
Drawing by Jose C. E. Mendoza & Peter K. L. Ng

     Penamaan tersebut merupakan bentuk penghormatan pada Profesor Severus Snape, karakter dalam serial Harry Potter karya J. K. Rowling.

A. Thoracic Sternum, B. Anterior Thoracic Sternum,
C. Posterior  Sternites & Penis, D. Pleon, E. Left G1, F. Left G2

Drawings by Jose C. E. Mendoza & Peter K. L. Ng

     "Julukan spesifik Severus (keras, kasar, ketat) menunjukan proses yang ketat dan melelahkannya dalam pencarian kepiting ini. Ini juga merupakan kiasan untuk karakter terkenal dan disalah pahami dalam novel Harry Potter, Profesor Severus Snape, Snape menjaga salah satu rahasia paling penting dalam kisah tersebut, seperti halnya spesies baru yang menghindar untuk ditemukan hingga hari ini, hampir 20 tahun setelah hewan tersebut pertama kali dikumpulkan," kata ahli Biologi National University of Singapore, Jose C. E. Mendoza dan Peter K. L. Ng, dalam laporan penelitian mereka di jurnal ZooKeys.

     Nama "Severus" berasal dari bahasa Latin yang berarti "keras", seperti menggambarkan upaya yang tak kenal lelah dari pengumpul amatir bernama Harry Conley, yang pertama kali menemukan spesimen hewan itu pada 1998 dan 2001. Pada 2002 Conley meninggal dengan tragis, ditembak tepat dikepalanya, kemudian sampel sampel miliknya diserahkan kepada ahli Biologi dari University of Guam, Gustav Paulay, yang menyerahkan sempel tersebut kepada Peter Ng, ahli Taksonomi kepiting.

Harryplax Severus
Photo by Jose C. E. Mendoza

     Harryplax Severus adalah satu satunya wakil dari genus Harryplax dari keluarga Christmaplacidae. Sebelum dideskripsikan oleh Mendoza dan Ng, kepiting tak biasa tersebut belum pernah dideskripsikan secara resmi sebagai spesies baru hingga bertahun tahun kemudian, Mendoza dan Ng menyadari kepiting tersebut mewakili genus baru.

     Lebih dari itu, Harryplax Severus merupakan spesies kedua dari keluarga Chrismaplacidae dan merupakan yang pertama ditemukan di Samudra Pasifik. Nama genusnya Harryplax tak hanya mengacuh pada Harry Potter, tetapi juga bertujuan untuk mengabadikan nama sang penemu Harry Conley.

     "Nama itu dibagikan sebagai penghormatan atas kemampuan yang luar biasa dalam mengumpulkan makhluk makhluk langka nan menarik, seakan iya menggunakan sihir," ungkap Mendoza.
Read More

Tuesday, January 24, 2017

Published 8:47 AM by with 0 comment

Pristimantis Ashaninka

Spesies baru katak Pristimantis
ditemukan di hutan lindung Pui Pui, Peru

Spesimen Pristimantis Ashaninka betina
Photo by Lehr & Moravec

     Pristimantis Ashaninka: Spesies baru Fleshbelly Frog dari hutan tropis pegunungan di Peru.

Status Konservasi
Hampir Terancam (Near Threatened, IUCN 3.1)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Superfilum : Tetrapoda
Kelas : Amfibia
Ordo : Anura
Subordo : Neobatrachia
Superfamili : Hyloidea
Famili : Craugastoridae
Subfamili : Ceuthomantinae
Genus : Pristimantis
Spesies : P. Ashaninka

Nama Binomial
Pristimantis Ashaninka
(Lehr & Moravec, 2017)

     Hutan tropis pegunungan Andes adalah rumah bagi keragaman hewan dan tanaman. Kelompok yang sangat beragam di wilayah ini adalah katak dari keluarga Craugastoridae (Fleshbelly Frogs), dengan 487 spesies yang dicatat dari kawasan dan total 746 spesies yang didiskripsikan di Amerika Tengah dan Selatan.

Peta negara Peru dengan hutan lindung Pui Pui
yang ditunjukan dengan warna hijau

     Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal ZooKeys pada tanggal 23 Januari 2017, Edgar Lehr dari departemen biologi di Universitas Wesleyan Illinois dan Jiri Moravec dari departemen zoologi di Museum Nasional Praha, mendiskripsikan spesies baru katak fleshbelly dari hutan lindung Pui Pui wilayah Junín di tengah Peru.

     "Kami mengamati herpetofauna dari hutan lindung Pui Pui, di hutan pegunungan dan padang rumput dataran tinggi Andean antara tahun 2012 - 2014 dengan tujuan merekam kekayaan spesies amfibi dan reptil serta mengevaluasi status konservasi mereka," ungkap Lehr & Moravec.

     Spesies baru ini ditempatkan dalam genus Pristimantis dan diberi nama Ashaninka. Spesies ini didiskripsikan dari 15 spesimen di daerah yang sangat terbatas di barat laut hutan pada ketinggian antara 1.700 - 1.800 mdpl.

Pristimantis Ashaninka, (A) Lateral, (B) Dorsal
(C) Dorsolateral, (D) Ventral dan (E) Permukaan posterior paha.
Photo by E. Lehr

Gambaran (A) tangan kanan dan (B) kaki kiri
dari Pristimantis Ashaninka
Drawings by E. Lehr

     Katak ini berukuran antara 23,1 - 27,6 milimeter. Dengan ciri ciri memiliki pola jerawat dengan campuran warna kemerahan, keabu abuan dan krem coklat, beberapa spesimen memiliki pola jam pasir yang sangat khas di punggung mereka.
Read More

Monday, January 23, 2017

Published 9:15 AM by with 0 comment

Neopalpa Donaldtrumpi

Spesies ngengat baru ini
diberi nama Donald Trump

Neopalpa Donaldtrumpi
Photo by Vazrick Nazari

     Vazrick Nazari menemukan spesies baru ngengat unik yang punya ornamen semacam jambul di wajah dan telah dinamai Donald Trump, berkat kemiripannya dengan presiden ke-45 Amerika Serikat yang terpilih.

Status Konservasi
Hampir Terancam (Near Threatened, IUCN 3.1)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Hexapoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Superfamili : Gelechioidea
Famili : Gelechiidae
Subfamili : Gelechiinae
Genus : Neopalpa
Spesies : N. Donaldtrumpi

Nama Binomial
Neopalpa Donaldtrumpi
(Nazari, 2017)

Neopalpa Donaldtrumpi
Photo by Vazrick Nazari / Zookeys

     Neopalpa Donaldtrumpi adalah spesies ngengat dari genus Neopalpa yang terdapat di California Selatan dan Utara Meksiko. Ngengat ini pertama kali didiskripsikan oleh ilmuan Kanada Dr. Vazrick Nazari pada Januari 2017 dalam edisi terbaru jurnal Zookeys.

     Panjang tubuh ngengat ini berukuran antara 7 - 11 milimeter dan lebar sayap depan antara 6 - 9,2 milimeter. Ngengat kecil ini memiliki sayap berwarna kuning - oranye dan coklat.

Penampakan Neopalpa Donaldtrump dari beberapa sisi
Photo by Vazrick Nazari

     Vazrick menemukan ngengat itu ketika sedang memeriksa spesimen di Bohart Museum of Entomologi, University of California. Ketika dia melihat spesies ini, ia menyadari bahwa spesies ini belum ditemukan sebelumnya.

     "Epitet spesifik ini dipilih untuk mempresentasikan ornamen semacam sisik di kepala yang menyerupai jambul Donald Trump," kata Vazrick Nazari, menjelaskan alasannya memilih nama Donald Trump. "Pemilihan nama ini juga bertujuan untuk mengajak publik menyadari pentingnya melindungi habitat yang rentan yang masih menyimpan banyak spesies yang belum terdiskripsikan," imbuhnya lagi.

Jambul Neopalpa Donaldtrump yang menyerupai jambul Donald Trump
Photo by Vazrick Nazari

     Vazrick Nazari berharap Neopalpa Donaldtrumpi bisa menarik publisitas untuk ngengat, yang merupakan spesies yang terancam punah.

     "Saya berharap Donald Trump menerimanya dengan baik, sesuai dengan semangat penamaannya," kata Nazari seperti dikutip Washington Post, Selasa (17 Januari 2017).

     "Kita perlu pemerintahan selanjutnya melanjutkan usaha melindungi habitat yang rentan di seluruh Amerika Serikat," katanya.
Read More

Sunday, January 22, 2017

Published 10:20 AM by with 0 comment

Eulophophyllum Kirki dan Eulophophyllum Lobulatum

Dua spesies serangga baru dari
hutan di utara Borneo teridentifikasi

Photo by Peter Kirk / National Geographic

     Uniknya, sementara spesies betina berwarna merah atau pink dan spesies jantan berwarna hijau. Tak hanya itu, keduanya juga sangat menyerupai daun.

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Subordo : Ensifera
Famili : Tettigoniidae
Subfamili : Phaneropterinae
Genus : Eulophophyllum
Spesies : E. Kirki & E. Lobulatum

Nama Binomial
Eulophophyllum Kirki
Eulophophyllum Lobulatum
(Ingrisch & Riede, 2016)

Eulophophyllum Kirki betina
Photo by Peter Kirk / National Geographic

     Sekilas, mungkin anda mengira gambar di atas merupakan sekumpulan dedaunan berwarna merah. Tapi coba perhatikan dengan lebih seksama digambar tersebut terdapat seekor serangga merah yang sedang hinggap di atas dedaunan berwarna merah.

     Serangga tersebut merupakan tonggeret atau garengpung (Eulophophyllum Kirki) betina yang ditemukan di hutan hujan Borneo. Unitnya, sementara spesies betina berwarna merah atau pink sedangkan yang jantan berwarna hijau dan tidak hanya itu, keduanya juga menyerupai dedaunan dengan urat khas dan lobus seperti seperti daun pada kakinya.

Penampakan kaki belakang Eulophophyllum Kirki betina
Photo by Peter Kirk / National Geographic

     Pada tahun 2013 silam, seorang rekan menunjukan kepada George Beccaloni ahli hewan di Natural History Museum London gambar berwarna spektakuler tonggeret (katydid), sejenis belalang, seperti serangga. Karena tidak bisa mengidentifikasi serangga itu, Beccaloni mengirim foto tersebut kepada Sigfrid Ingrisch ahli serangga Asia.

     "Dia enggan menyebutkan dan menjelaskan karena mendiskripsikan spesies baru hanya berdasarkan pada foto bukanlah tindakan yang baik," kata Beccaloni. "Seringkali anda perlu melihat karakteristik microskopis, hal hal yang tidak muncul di foto, untuk membedakan spesies."

     Akan tetapi pada kasus ini, para ilmuan merasa sangat yakin untuk menamai serangga ini sebagai spesies baru Eulophophyllum Kirki, karena urat sayap pada serangga itu sangat terlihat jelas dan berbeda dengan spesies serangga lain yang telah diidentifikasi. Urat urat sayap merupakan bagian yang biasa digunakan sebagai pembeda di kalangan spesies serangga tonggeret.

     Tim juga menguji spesimen tonggeret yang dikumpulkan saat ekspedisi ke Borneo pada tahun 1993 silam dan disimpan sebagai koleksi museum Jerman. Mereka memutuskan bahwa spesimen ini, dengan foto foto yang ditemukan di internet, mewakili spesies terbaru kedua tonggeret Eulophophyllum Lobulatum.

Eulophophyllum Lobulatum, Minalabu, Sabah, Malaysia
Februari 2012
Photo by Mark Eller

     Dalam study terbaru Jurnal of Orthoptera Research, Beccaloni dan rekan rekannya mengklarifikasikan dua serangga tersebut kedalam genus Eulophophyllum yang sebelumnya diketahui dari seekor tonggeret betina (Eulophophyllum Thaumasium) yang ditemukan di utara Borneo hampir 100 tahun lalu.

     Kedua spesies ini berbeda dengan spesimen tonggeret betina berwarna jambon yang sebelumnya diketahui. Perbedaan tersebut tampak pada urat urat sayap dan kehadiran perkembangan seperti daun pada kaki belakang mereka. Kemungkinan alasan tonggeret ini berbeda warna karena mereka memiliki alasan yang berbeda pula untuk kamuflase.

     "Spesies tonggeret betina yang baru ditemukan ini hampir pasti bersembunyi dan memakan daun muda berwarna merah," Ungkap Beccaloni. "Mungkin tonggeret jantan mengembangkan kamuflase hijau agar mereka dapat bersembunyi dilebih banyak tempat saat mereka berkeliaran mencari betina," tambahnya.

Eulophophyllum Kirki jantan
Photo by Paul Bertner

     Beberapa ahli yang lain tidak begitu yakin untuk menentukan spesies yang baru hanya berdasarkan foto.

     "Anda bisa mengidentifikasi spesies berdasarkan foto, tetapi anda tidak dapat mendeskripsikan dan menamai spesies hanya berdasarkan foto, anda harus memegangnya secara langsung," kata David Rentz, ilmuan mantan kepala penelitian di Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation di Canberra, Australia.

     Ahli serangga independent, Rob Felix, sepakat dengan Rentz. "Deskripsi spesies harus selalu dilakukan berdasarkan referensi yang ada di tangan anda dan diuji ulang."

     Tetapi dia menambahkan "Para penulis studi memiliki alasan yang sangat bagus untuk mendeskripsikan spesies itu berdasarkan foto saat ini, mereka berharap untuk menghasilkan publisitas, sehingga pihak berwenang menyadari pentingnya mengkumpulkan beberapa spesimen."

     "Karena habitat tonggeret (katydid) baru ini di Borneo berada dalam ancaman akibat penebangan untuk perkebunan kelapa sawit dan kayu, pengetahuan tentang penghuni kawasan ini mungkin dapat membantu upaya konservasi," pungkas Felix.

Read More
Published 1:40 AM by with 0 comment

Ameerega Shihuemoy

Spesies baru katak beracun
ditemukan di hutan Amazon

Photo by Marcus Brent-Smith / Crees Foundation

     Spesies baru katak beracun dengan tubuh berwarna hitam dengan dua garis oranye ini diberi nama Ameerega Shihuemoy.

Status Konservasi
Hampir Terancam (Near Threatened, IUCN 3.1)

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superfilum : Tetrapoda
Kelas : Amfibia
Ordo : Anura
Subordo : Neobatrachia
Superfamili : Dendrobatoidea
Famili : Dendrobatidae
Subfamili : Colostethinae
Genus : Ameerega
Spesies : A. Shihuemoy

Nama Binomial
Ameerega Shihuemoy
(Serrano, 2017)

     Ahli Herpetologi dari Peru, Shirley Jennifer Serrano Rojas, menemukan spesies baru katak beracun di lereng pegunungan Andes dalam wilayah cagar biosfer Manú, di pedalaman hutan Amazon, Tenggara Peru.

     Spesies ini umumnya dikenal sebagai Amarakaeri Poison Frog (Katak beracun Amarakaeri). Nama ilmiahnya adalah Ameerega Shihuemoy, dengan nama spesies "Shihuemoy" dari kata Harakmbut asli (penduduk asli dari Amazon Peru) yang berarti "katak beracun".

     Katak beracun, merupakan nama umum dari sekelompok katak dalam keluarga Dendrobatidae yang merupakan katak asli Amerika Tengah dan Selatan. Warna cerah yang mencolok pada kelompok katak beracun berfungsi sebagai tanda peringatan bagi predator, bahwa katak ini berbahaya jika dimangsa.

     "Katak beracun punya cara unik dalam membesarkan anak anaknya. Tak seperti kebanyakan katak jantan yang meninggalkan betinanya setelah bertelur, katak beracun jantan akan tetap berada di sekitar telur telur dan menjaganya," Ungkap ahli biologi evolusioner, Kyle Summers dari East Carolina University.

     Summers melanjutkan, sang calon ayah ini memastikan telur telurnya tetap terhidrasi dan terbenam dalam air. Mereka kemudian akan memindahkan berudu ke kolam kolam air kecil, sementara sang ibu akan meletakan lebih banyak telur untuk dihidangkan sebagai makanan bagi anak anaknya yang tengah bertumbuh.

Photo by Marcus Brent-Smith / Crees Foundation

     "Suatu hari kami menemukan katak jantan yang sedang menjaga 25 telur," kata Serrano. "Katak jantan ini menampilkan perilaku pengasuhan dengan memposisikan dirinya di depan telur untuk melindungi mereka dari pendekatan saya. Itu perilaku menakjubkan yang menunjukan kepada saya bagaimana mengagumkannya katak beracun ini, dalam mempertaruhan hidup mereka untuk melindung anak anak mereka."

Shirley Jennifer Serrano Rojas
Photo by Charlie Hamilton James / National Geographic

     "Ini penemuan menarik, tetapi spesies tersebut terancam oleh kepunahan dan akan semakin parah jika tidak membuat rencana konservasi," Kata Serrano.

     Pernyataan tersebut diamini oleh Summers. Ia mengungkapkan bahwa cagar biosfer Manú merupakan titik utama bagi beragam katak dan spesies lain. Penemuan ini, kata Summers, "memperjelas betapa sedikit yang kita ketahui tentang wilayah tersebut." Iya meyakini bahwa masih banyak spesies katak beracun yang menunggu untuk ditemukan.

     "Masalahnya, mereka menghilang sebelum kita sampai mempelajarinya," Pungkas Summers.

Read More

Saturday, January 21, 2017

Published 7:21 AM by with 0 comment

Echinodermata

Echinodermata

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Superfilum : Deuterostomia
Filum : Echinodermata

   Echinoderm adalah nama umum yang diberikan kepada setiap anggota filum echinodermata (dari bahasa Yunani "echinos" yang berarti "landak/berduri" dan "derma" yang berarti "kulit") dari hewan laut yang mencakup bintang laut, bulu babi, teripang, timun laut dan beberapa kerabatnya. Echinodermata ditemukan di setiap kedalaman laut, dari zona intertidal hingga zona abyssal. Filum ini terdiri sekitar 7.000 spesies yang masih hidup, sehingga filum ini menjadi kelompok terbesar kedua dalam superfilum deuterostomia, setelah chordata (yang termasuk vertebrata, seperti burung, ikan, mamalia dan reptil). Echinodermata adalah filum terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar atau darat.

   Kebanyakan echinodermata mampu melakukan regenerasi jaringan, organ dan anggota tubuhnya yang hilang. Mereka bereproduksi secara aseksual. Dalam beberapa kasus, mereka dapat menjalani regenerasi lengkap dari organ tunggal. Mereka adalah spesies yang sering digunakan dalam penelitian regeneratif pada abad ke-19 dan ke-20. Dalam penelitian lebih lanjut yang diadakan oleh beberapa ilmuan, menyatakan bahwa radiasi dari echinodermata bertanggung jawab atas "Revolusi Kelautan Mesozoikum".

Subfilum dan Classes
  • Homalozoa
     Homalozoa adalah subfilum echinodermata yang telah punah pada era Paleozoic. Invertebrata laut prasejarah. Homalozoa secara tradisional dianggap suku kelompok echinodermata, tetapi juga dianggap terletak pada garis keturunan induk dari chordata (Calcichordata). Namun, sekarang umumnya diterima bahwa homalozoa adalah subfilum echinodermata karena kerangka kalsit mereka terdiri dari struktur stereom kristal yang khas.
Kelas homalozoa dibagi menjadi :
       1. Stylophora
     Stylophora adalah kelas subfilum homalozoa dari filum echinodermata yang telah punah. Yang terdiri dari Cornutes dan Mitrates.
       2. Homoiostelea
     Homoiostelea (solutes) adalah kelas subfilum homalozoa dari filum echinodermata yang telah punah.
       3. Homostelea
     Homostelea adalah kelas subfilum homalozoa dari filum echinodermata yang telah punah dan hidup hanya di era Cambrian tengah.
       4. Ctenocystoidea
     Ctenocystoidea (ctenoid-bearing homalozoans) adalah kelas subfilum homalozoa dari filum echinodermata yang telah punah.
  • Crinozoa
     Crinozoa adalah subfilum dari echinodermata yang sebagian besar hidup menempel. Yang mana Crinoidea atau lili laut adalah satu satunya anggota yang masih hidup sampai sekarang.
Kelas crinozoa dibagi menjadi :
       1. Crinoidea
     Crinoids adalah hewan laut yang membentuk kelas crinoidea dari filum echinodermata. Crinoidea (lili laut) adalah suatu kelas binatang laut yang berbentuk seperti bunga lili. Nama crinoidea berasal dari bahasa Yunani "krinon" yang berarti "lili" dan "eidos" yang berarti "bentuk". Mereka bisa hidup di daerah perairan dangkal atau dikedalaman 9.000 meter (30.000 kaki). Lili laut dewasa akan menempel di dasar laut dengan menancapkan tangkainya dan untuk crinoidea yang tidak memiliki tangkai sering disebut bintang bulu atau comatulids. Hanya ada sekitar 600 spesies crinoids yang masih ada, di masa lalu jumlah mereka lebih berlimpah dan beragam.
       2. Paracrinoidea
     Paracrinoidea adalah kelas subfilum crinozoa dari filum echinodermata yang telah punah dan menyerupai lili laut. Mereka hidup di laut dangkal selama periode Ordovisium awal sampai periode Silur awal. Hanya 13 sampai 15 genera yang diketahui.
       3. Edrioasteroidea
     Edrioasteroidea adalah kelas yang telah punah dari filum echinodermata yang hidup pada periode Ediakara atau Ediakarium (jika Arkarua merupakan edrioasteroidea) sampai periode Permian, sekitar 300 juta tahun yang lalu. Hewan hidup ini menyerupai bantal. Edrioasteroidea hidup dengan mengikat dan melekatkan diri ke substrat keras anorganik atau biologis (sering kali alas keras Brachiopoda).
  • Asterozoa
     Asterozoa adalah subfilum dari filum echiodermata. Memiliki karakteristik tubuh berbentuk bintang dan sumbu simetri radial yang berlainan.
Kelas asterozoa dibagi menjadi :
       1. Asteroidea
     Bintang laut, walaupun dikenal dengan sebutan starfish (ikan bintang), hewan ini sangat jauh hubungannya dengan ikan (pieces). Bintang laut merupakan invertebrata yang termasuk dalam filum echinodermata dan kelas asteroidea. Sekitar 1.500 spesies bintang laut terdapat di dasar laut seluruh lautan dunia, dari daerah tropis hingga perairan kutub. Mereka ditemukan dari zona intertidal sampai kedalaman abyssal, 6.000 m (20.000 kaki) di bawah permukaan. Bintang laut merupakan hewan simetri radial yang umumnya memiliki lima atau lebih lengan.
       2. Ophiuoridea
     Bintang ular (brittle stars) atau ophiuroids adalah invertebrata dari filum echinodermata dalam kelas ophiuoridea, yang memiliki hubungan dekat dengan bintang laut (starfish). Mereka berjalan di dasar laut dengan menggunakan lengan fleksibel mereka untuk bergerak. Ophiuroids umumnya memiliki lima lengan berbentuk seperti cambuk dengan panjang mencapai 60 cm (24 in) pada spesimen terbesar. Nama "ophiuoridea" berasal dari Yunani kuno yang berarti "ular". Lebih dari 2.000 spesies ophiuoridea yang hidup hingga sekarang. Sekitar 1.200 spesies ini ditemukan di perairan dalam, di kedalaman lebih dari 200 meter.
       3. Somasteroidea
     Somasteroidea adalah kelas yang telah punah dari subfilum asterozoa dan filum echinodermata. Mereka hidup pada periode Ordovisium awal sampai periode Devon akhir, sekitar 350 juta tahun yang lalu.
  • Echinozoa
     Echinozoa adalah invertebrata laut dari filum echinodermata yang hidup bebas dengan karakteristik kulit keras dan berduri. Echinozoa merupakan hewan simetri radial dan tidak mempunyai lengan, brachioles atau pelengkap lainnya.
Kelas echinozoa dibagi menjadi :
       1. Echinoidea
     Landak laut (sea urchins) atau biasa disebut bulu babi merupakan hewan laut yang berbentuk bundar dan memiliki duri pada kulitnya yang dapat digerakan. Dengan kerabat dekat mereka Clypeasteroida (sea cookie di Selandia Baru atau pansy shell di Afrika Selatan) merupakan kelas echinoidea dari filum echinodermata. Sekitar 950 spesies echinoidea mendiami semua lautan dari daerah pasang surut sampai di kedalaman 5.000 meter (16.000 kaki).
       2. Holothuroidea
     Teripang atau timun laut (sea cucumber) adalah echinodermata dari kelas holothuroidea. Mereka adalah hewan laut dengan kulit kasar, tubuh memanjang dan gonad (kalenjer kelamin) bercabang. Teripang ditemukan di dasar laut seluruh dunia. Spesies ini sekitar 1.717 di seluruh dunia dengan jumlah besar di kawasan Asia Pasifik. Banyak dari spesies ini dikonsumsi manusia dan beberapa spesies dibudidayakan.
       3. Ophiocistioidea
     Ophiocistioidea adalah kelas dari echinodermata yang telah punah pada era Paleozoikum dari periode Ordovisium awal sampai periode Permian (sekitar 254 - 475 juta tahun yang lalu). Nama ophiocistioidea berasal dari bahasa Yunani "ophis" yang berarti "ular" dan "kiste" yang berarti "kotak". Hewan ini pada dasarnya berbentuk bulat dengan kumpulan seperti tentakel (kaki tabung besar) yang muncul dari lima radial (ambulakral). Ada banyak jenis fosil ophiocistioidea yang terdiri 39 spesies dalam 15 genera dan 6 keluarga.
       4. Helicoplacoidea
     Helicoplacus adalah kelas dari echinodermata yang telah punah. Hewan ini berbentuk seperti cerutu dengan panjang lebih dari 7 centimeter (2,8 in). Fosil helicoplacus ditemukan di beberapa daerah. Spesimen lengkap yang ditemukan di periode Kambrium awal (525 juta tahun lalu) dari pegunungan putih California.
  • Blastozoa
    Blastozoa adalah subfilum yang telah punah dari filum echinodermata. Subfilum ini ditandai dengan adanya hydrospire yang menggantung kedalam rongga tubuh dibawah setiap ambulacrum dan diperkirakan berfungsi sebagai alat pernafasan.
Kelas blastozoa dibagi menjadi :
       1. Blastoidea
     Blastoids (kelas Blastoidea) adalah kelas echinodermata yang telah punah. Sering disebut tunas laut (sea buds), fosil blastoids terlihat seperti kacang hickory kecil. Mereka pertama kali muncul bersamaan dengan banyak kelas echinodermata lainnya dalam periode Ordovisium dan mencapai keragaman terbesar mereka dalam subperiode Mississippian dari periode Karbon. Namun, blastoidea mungkin berasal dari periode Kambrium. Blastoidea bertahan sampai kepunahan mereka di akhir periode Permian, sekitar 250 juta tahun lalu.
       2. Cystoidea
     Cystoidea atau cystoids adalah kelas echinodermata yang telah punah dari subfilum blastozoa, yang hidup melekat pada dasar laut dengan tangkai. Mereka hidup selama era Paleozoic, ditengah periode Ordovisium dan periode Silur sampai kepunahan di periode Dovan.
       3. Eocrinoidea
     Eocrinoidea adalah kelas echinodermata yang telah punah dan hidup antara periode Kambrium awal sampai periode Silur akhir. Mereka dikenal sebagai kelompok pengintai dan echinodermata paling umum selama periode Kambrium. Eocrinoids adalah kelompok paraphyletic yang mungkin menjadi leluhur untuk enam kelas lainnya; Rhombifera, Diploporita, Coronoidea, Blastoidea, Parablastoidea dan Paracrinoidea. Genera awal memiliki holdfast pendek dan struktur piring tidak teratur. Kemudian memiliki bentuk tangkai sepenuhnya dan dikembangkan dengan deretan piringan yang teratur.
Read More

Wednesday, January 11, 2017

Published 8:46 AM by with 0 comment

Coelenterata

COELENTERATA

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumatazoa
Infrakingdom : Coelenterata

   Coelenterata sebelumnya dianggap sebagai suatu filum yang mencakup 3 kelas yaitu, Hydrozoa, Scyphozoa dan Anthozoa. Klasifikasi terakhir menempatkan coelenterata sebagai suatu infrakingdom yang mencakup 2 filum, Cnidaria dan Ctenophora. Cnidaria terdiri dari 4 kelas yaitu, Hydrozoa, Scyphozoa, Anthozoa dan Cubozoa. Ctenophora sekarang merupakan filum tersendiri.

   Coelenterata (dalam bahasa Yunani "coelenteron" yang berarti "rongga") adalah invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai pencernaan (gastrovaskuler). Coelenterata memiliki susunan tubuh yang lebih komplek. Sel sel coelenterata sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana. Tubuh coelenterata simetris radial dengan bentuk berupa Medusa (berbentuk seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh tentakel) atau Polip (berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang). Coelenterata merupakan hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki 2 lapisan sel yaitu, ektoderm (epidermis berfungsi untuk pelindung) dan endoderm (lapisan dalam atau gastrodermis berfungsi untuk pencernaan). Di antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan non seluler yang disebut "Mesoglea" pada lapisan ini tersebar sel sel saraf. Pada lapisan ektodermis terdapat sel knidoblast. Di dalam knidoblast terdapat nematokis (paling banyak pada tentakel) yaitu alat yang berfungsi untuk melumpuhkan dan mempertahankan diri dari musuh.

   Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memakan plankton atau hewan kecil di air. Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel lalu dimasukan ke mulut. Habitat coelenterata seluruhnya hidup di air, baik air laut maupun air tawar. Sebagian besar hidup dilaut secara berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat pindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.

   Reproduksi coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Pada bentuk polip kebanyakan reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Tunas tumbuh didekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induk sehingga membentul koloni. Pada semua bentuk medusa dan beberapa bentuk polip reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovem dengan sperma). Contoh polip yang membentuk gamet adalah Hydra.

Phyla (Filum)
  • Cnidaria
     - Kelas :
     1. Kelas Anthozoa
     2. Kelas Cubozoa
     3. Kelas Hydrozoa
     4. Kelas Scyphozoa
     5. Kelas Staurozoa
     6. Kelas Polypodiozoa
     7. Kelas Myxozoa
  • Ctenophora
     - Kelas :
     1. Kelas Tentaculata
     2. Kelas Nuda
     3. Kelas Scleroctenophora
Read More

Sunday, January 8, 2017

Published 10:21 AM by with 0 comment

Arthropoda

ARTHROPODA

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Superfilum : Ecdysozoa
Filum : Arthropoda

  Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan mencakup serangga, laba laba, udang, lipan dan jenis hewan lainnya. Arthropoda biasa ditemukan di air laut, air tawar, darat dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit. Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani "arthro" yang berarti "ruas, buku atau segmen" dan "pous (podos)" yang berarti "kaki", yang jika disatukan berarti "kaki berbuku buku atau kaki beruas".

  Arthropoda adalah Invertebrata yang memiliki exoskeleton (kerangka luar), tubuh tersegmentasi, dan pelengkap bersendi (appendage). Arthropoda membentuk filum yang meliputi Insect (serangga), Arachnida, Myriapoda dan Krustasea. Karakteristik arthropoda ditandai dengan tungkai bersendi dan kulit ari (kutikula) yang terbuat dari kitin, yang sering memineralisasi dengan kalsium karbonat. Rancangan tubuh arthropoda terdiri segmen yang masing masing dilengkapi dengan sepasang appendages. Kutikula yang kaku menghambat pertumbuhan sehingga arthropoda mengantinya secara berkala dengan moulting (ganti kulit).

  Rongga internal yang utama pada arthropoda adalah hemocoel, yang menampung organ internal mereka dan melalui hemolimfa mereka mengarahkan peredaran darah. Mereka memiliki sistem peredaran darah terbuka. Seperti bagian luar mereka, organ organ internal arthropoda umumnya dibangun dari segmen yang diulang. Sistem saraf mereka seperti tangga, dengan tali saraf ventral dipasangkan dan berjalan melalui semua segmen dan membentuk ganglia yang dipasangkan di setiap segmen. Kepala mereka dibentuk oleh perpaduan dari berbagai banyak segmen dan otak mereka dibentuk oleh perpaduan dari ganglia segmen ini dan mengelilingi esofagus (kerongkongan). Sistem pernafasan dan pengeluaran (excretory) arthropoda bervariasi tergantung pada lingkungan mereka seperti pada subfilum mana mereka berasal.

  Penglihatan mereka tergantung pada berbagai kombinasi mata majemuk dan ocelli (mata tunggal) yang berbentuk mangkuk pigmen. Pada kebanyakan spesies ocelli hanya dapat mendeteksi arah dari sumber cahaya dan mata majemuk adalah sumber informasi utama, tetapi mata utama pada laba laba adalah ocelli yang dapat membentuk gambar bayangan, dalam beberapa kasus bisa berputar untuk melacak mangsa. Arthropoda juga memiliki berbagai macam sensor kimia dan mekanik, sebagian besar didasarkan pada modifikasi dari banyaknya setae (bulu) yang keluar melalui kutikula mereka. Metode reproduksi arthropoda beragam, semua spesies darat menggunakan pembuahan dalam, tetapi sering dilakukan dengan memindahkan langsung sperma melalui tanah. Spesies air mengunakan pembuahan dalam maupun pembuahan luar. Hampir semua arthropoda bertelur tetapi kalajengking melahirkan setelah telurnya menetas didalam tubuh induknya.

Subfilum dan Classes
  Arthropoda umumnya diklasifikasikan dalam 5 Subfilum yang salah satunya telah punah.
  • Trilobitomorpha (sekitar 17.000 fosil diketahui pernah hidup pada zaman paleozoikum)
   Adalah kelompok yang terdiri atas banyak spesies laut yang telah punah dalam peristiwa kepunahan Perm-Trias.
Kelas Trilobitomorpa dibagi menjadi:
     1. Trilobita
   Trilobit atau Trilobita dalam bahas Inggris "three lobes" yang berarti "tiga lobus". Kelompok ini merupakan salah satu kelompok arthropoda paling awal. Trilobit pertama kali muncul dalam catatan fosil pada masa Atdabania awal periode kambrium (521 juta tahun lalu).
  • Chelicerata (lebih dari 100.000 spesies telah terdeskripsikan)
   Meliputi kepiting tapal kuda, laba laba, tungau, kalajengking dan organisme lain yang terkait. Mereka dicirikan oleh adanya kalisera, yaitu pelengkap tambahan tepat diatas/didepan mulut. Kalisera pada kalajengking tampak seperti cakar kecil yang digunakan untuk makan, tetapi pada laba laba telah dikembangkan menjadi taring untuk menyuntikan racun.
Kelas Chelicerata dibagi menjadi:
     1. Arachnida
   Semua arachnida memiliki 8 kaki, meskipun sepasang kaki depan dibeberapa spesies telah dikonversi sebagai fungsi sensorik, sedangkan pada spesies lain, sebagai pelengkap yang berbeda dapat tumbuh cukup besar untuk ditampikan sebagai sepasang kaki ekstra. Istilah arachnida berasal dari bahasa Yunani "arachne" yang berarti "laba laba". Laba laba adalah urutan terbesar dikelas ini. Hampir semua arachnida hidup terestrial (diatas tanah) di darat, namun beberapa menghuni lingkungan air tawar dan lingkungan air laut.
     2. Merostomata
   Adalah kelas dari filum arthropoda dan subfilum chelicerata yang meliputi Eurypterida (kalajengking laut) yang telah punah dan Xiphosura (kepiting tapal kuda) yang masih ada hingga sekarang. Nama merostomata berasal dari bahasa Yunani "meros" yang berarti "paha" dan "stoma" yang berarti "mulut", mengacuh pada hewan dengan mulut terletak di dekat garis tengah badan mereka, tetapi dengan kaki berenang yang terletak jauh dari pusat.
     3. Pycnogonida
   Laba laba laut juga disebut pantopoda adalah arthropoda laut dari kelas pycnogonida. Mereka kosmopolitan, ditemukan di laut terutama laut Mediterania dan Karibia, serta samudera Arktik dan Antarktika. Ada lebih dari 1.300 spesies diketahui, mulai dari ukuran 1 milimeter (0,039 in) sampai lebih dari 90 centimeter (35 in) pada beberapa perairan yang dalam. Sebagian besar ukurannya relatif kecil yang hidup di daerah perairan dangkal, tetapi mereka dapat tumbuh menjadi cukup besar di perairan Antarktika.
  • Myriapoda (lebih dari 13.000 spesies)
   Myriapoda adalah subfilum dari arthropoda yang meliputi kaki seribu, lipan dan lain-lain. Sebagian besar spesies ini hidup di atas tanah (Terestrial). Seperti namanya myriapoda ("myrias" artinya "banyak" dan "podos" artinya "kaki") terkenal karena memiliki banyak kaki. Jumlah kaki myriapoda bervariasi antar spesies, beberapa spesies memiliki kurang dari selusin kaki, sementara yang lainnya memiliki ratusan kaki.
Kelas Myriapoda dibagi menjadi:
     1. Chilopoda
   Centipedes atau Lipan atau Kelabang (dari bahas Latin "centi" artinya "seratus" dan "pes, pedis" artinya "kaki") adalah arthropoda dari kelas chilopoda dari subfilum myriapoda. Tubuh mereka memanjang dengan kumpulan ruas/segmen (metamerism) dan di setiap segmen terdapat sepasang kaki. Lipan memiliki jumlah kaki bervariasi mulai dari 30 sampai 354. Lipan selalu memiliki sepasang kaki dengan jumlah ganjil. Oleh karena itu, tidak ada lipan yang memiliki tepat 100 kaki. Lipan dikenal sangat berbisa dan sering menyuntikan racun yang dapat melumpuhkan. Kebanyakan lipan adalah karnivora.
     2. Diplopoda
   Milipedes atau Kaki seribu adalah kelompok arthropoda dengan karakteristik memiliki dua pasang kaki bersendi pada setiap segmen tubuhnya. Mereka dikenal secara ilmiah sebagai kelas diplopoda. Setiap segmen dengan pasang kaki ganda adalah hasil dari penggabungan dua segmen tunggal. Kebanyakan milipede memiliki badan pipih dengan lebih dari 20 segmen, sementara Pill Milipedes (Oniscomorpha) lebih pendek dan dapat menggulung tubuhnya menjadi bola. Meskipun nama "milipede"  berasal dari bahasa Latin yang artinya "ribuan kaki", tidak ada spesies yang dikenal memiliki 1000 kaki, dalam catatan rekor kaki terbanyak dimiliki oleh Illacme Plenipes dengan 750 kaki.
     3. Pauropoda
   Pauropoda berbentuk kecil, pucat dan memiliki banyak kaki seperti arthropoda. Mereka membentuk Order Pauropodina. Memilik kelas monotypic paurodopa. Mereka tampak seperti centipede, tetapi kemungkinan masuk kelompok saudara milipede. Pauropoda berasal dari bahasa Yunani "pauro" yang berarti "beberapa" dan "podos" yang berarti "kaki".
     4. Synphyla
   Symphylan juga dikenal sebagai lipan taman dan kelabang semu, adalah arthropoda yang hidup di darat dari kelas synphyla dan subfilum myriapoda. Symphylan menyerupai kelabang, tapi lebih kecil dan bertubuh transparan. Mereka bisa bergerak dengan cepat melalui pori pori antara partikel tanah dan biasa ditemukan di kedalaman sekitar 50 cm dari permukaan tanah. Mereka mengkonsumsi tumbuhan yang membusuk, tetapi bisa membahayakan pertanian karena dapat mengkonsumsi biji, akar dan rambut akar di dalam tanah.
  • Hexapoda (lebih dari 1 juta spesies)
   Subfilum Hexapoda (dari bahasa Yunani "hexa" yang artinya "enam" dan "podos" yang artinya "kaki") merupakan spesies arthropoda dengan jumlah terbesar, termasuk didalamnya serangga (insecta) serta 3 kelompok yang lebih kecil dari arthropoda bersayap (entognatha), yaitu Collembola, Protura dan Diplura (sebelumnya dianggap serangga). Collembola (springtails atau ekor pegas) sangat melimpah dilingkungan darat (terestrial). Pemberian nama hexapoda karena mereka memiliki keistimewaan yang khas, yaitu penguatan toraks dengan tiga pasang kaki. Kebanyakan arthropoda lainnya memiliki lebih dari tiga pasang kaki.
Kelas Hexapoda dibagi menjadi:
     1. Insecta
   Insects (dari bahasa Latin "insectum", dalam bahasa Yunani "entomon" yang berarti "potong menjadi beberapa bagian") adalah arthropoda kelas Insecta dari subfilum hexapoda yang memiliki exoskeleton chitinous, tiga bagian tubuh yaitu kepala (head), dada (thorax) dan perut (abdomen), tiga pasang kaki bersendi, mata majemuk dan sepasang antena. Mereka adalah kelompok hewan paling beragam di planet ini, lebih dari satu juta spesies telah diidentifikasi dan mewakili lebih dari setengah dari semua organisme yang hidup yang diketahui. Jumlah spesiesnya diperkirakan antara enam sampai sepuluh juta dan berpotensi mewakili lebih dari 90% dari bentuk kehidupan hewan yang berada di Bumi. Serangga dapat ditemukan dihampir semua lingkungan, meskipun hanya sejumlah kecil spesies yang hidup di laut.
     2. Entognatha
  Entognatha adalah kelas arthropoda bersayap (ametabolous) bersama dengan serangga (insecta) membuat subfilum hexapoda. Entognatha adalah apterous, yang berarti mereka tidak memiliki sayap. Kelas ini mencakup 3 ordo, yaitu collembola, protura dan diplura, yang kebanyakan hidup di dalam tanah dan berperan sebagai pemakan bahan organik (detritivora).
  • Krustasea (sekitar 67.000 spesies)
   Krustasea (Crustacea) adalah subfilum dari arthropoda yang membentuk takson beragam meliputi hewan yang sangat familiar seperti kepiting, lobster, udang karang, udang, krill, kutu kayu dan teritip. Berkat studi filogenetik mulekuler disepakati bahwa kelompok krustasea adalah paraphyletic, yaitu kelompok organisme yang paling baru dari nenek moyang yang sama tetapi tidak mengandung semua keturunan dari nenek moyang. Dengan kata lain, beberapa krustasea lebih terkait erat dengan insecta dan hexapoda.
Kelas Krustasea dibagi menjadi:
     1. Thylacocephala
   Thylacocephala (dari bahasa Yunani "thylakos" yang berarti "kantung" dan "orcephalon" yang berarti "kepala") adalah kelompok arthropoda unik yang telah punah dan kemungkinan berkaitan erat dengan krustasea. Kelas mereka memiliki sejarah penelitian singkat, yang telah dilakukan pada awal tahun 1980. Fosil paling awal diperkirakan berasal dari periode kambrium (Cambrian). Kelompok thylacocephala bertahan sampai periode kapur (Cretaceous). Di luar itu, masih ada banyak ketidakpastian mengenai aspek aspek fundamental dari anatomi, kehidupan dan hubungan dengan Krustasea.
     2. Branchiopoda
   Branchiopoda adalah arthropoda kelas krustasea, yang terdiri dari peri udang (Fairy Shrimp), kerang udang (Clam Shrimp), Clasocera, Notostraca dan Devonian Lepidocaris. Mereka sebagian besar berukuran kecil, hewan air tawar yang memakan plankton dan detritus.
     3. Remipedia
   Remipedia adalah kelas krustasea buta yang ditemukan di akuifer pantai yang mengandung larutan garam air tanah, dengan populasi yang telah diidentifikasi berada hampir di setiap cekungan laut sejauh penyelidikan, termasuk di Australia, Laut Karibia dan Samudera Atlantik. Studi genetik telah menyatakan bahwa remipedia adalah krustasea yang paling dekat dengan insecta (serangga), begitu dekatnya sehingga mereka dan serangga dapat dianggap sebagai kelompok saudara untuk semua krustasea lainnya.
     4. Cephalocarida
   Cephalocarida adalah kelas dalam subfilum krustasea yang terdiri hanya 12 spesies di laut. Mereka ditemukan pada tahun 1955 oleh Howard L. Sanders dan sering disebut udang tapal kuda. Mereka telah dikelompokan bersama dengan remipedia di clade Xenocarida. Meskipun tidak ada catatan fossil cephalocarida yang pernah ditemukan. Banyak ahli percaya bahwa mereka termasuk spesies primitif di kalangan krustasea.
     5. Maxillopoda
   Maxillopoda adalah kelas beragam krustasea yang termasuk didalamnya meliputi teritip, copepoda dan sejumlah hewan terkait. Kecuali teritip, maxillopoda sebagian besar berukuran kecil, termasuk arthropoda terkecil yang kita kenal, yaitu Stygotantulus Stocki.
     6. Ostracoda
   Ostracoda adalah kelas arthropoda dalam subfilum krustasea atau terkadang dikenal sebagai udang benih. Mereka merupakan krustasea berukuran kecil, biasanya berukuran sekitar 1 mm (0,039 in), tetapi untuk spesies Gigantocypris ukurannya bervariasi mulai 0,2 - 30 mm (0,0079 - 1,1811 in). Ostracoda laut dapat hidup sebagai zooplankton atau yang paling sering hidup sebagai benthos, yang hidup pada atau di dalam lapisan dasar laut. Banyak ostracoda terutama Podocopida juga ditemukan di air tawar dan spesies darat Mesocypris diketahui hidup di hutan yang lembab di Afrika Selatan, Australia dan Selandia Baru.
     7. Malacostraca
   Malacostraca adalah kelas terbesar dari enam kelas krustasea lainnya, yang memiliki sekitar 40.000 spesies hidup, yang dibagi ke dalam 16 ordo. Anggota malacostraca memiliki keragaman bentuk tubuh dan meliputi kepiting, lobster, udang karang (clayfish), udang, krill, kutu kayu (woodlice), scuds (amphipoda), udang belalang (mantis shrimp) dan banyak lainnya. Jumlah mereka berlimpah di lingkungan laut, air tawar dan darat. Mereka hewan tersegmentasi, disatukan oleh rancangan tubuh yang umum terdiri dari 20 segmen tubuh yang dibagi menjadi kepala, dada dan perut.
Read More

Sunday, January 1, 2017

Published 11:13 AM by with 0 comment

Annelida

ANNELIDA

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Subfilum : Lophotrochozoa
Filum : Annelida

   Annelida (Annelida berasal dari bahasa latin "annelus" yang berarti cincin kecil) adalah filum luas dari cacing bersegmen, dengan sekitar 17.000 spesies modern, antara lain cacing tanah, pacet, dan lintah. Filum ini telah menyesuaikan dengan berbagai ekologi. Beberapa di lingkungan laut seperti zona pasang surut dan ventilasi hidrotermal, di air tawar dan di lingkungan darat yang lembab.

   Annelida adalah organisme invertebrata. Mereka juga memiliki parapodia untuk bergerak. Sebagian besar buku pelajaran masih menggunakan pembagian traditional menjadi Polychaeta, Oligochaeta dan Hirudinea. Penelitian Cladistic sejak tahun 1997 secara radikal telah mengubah skema ini, mengubah Hirudinea dan Oligochaeta sebagai sub-kelompok Clitellata. Selain itu Pogonophora, Echiura dan Sipuncula sebelumnya dianggap filum terpisah sekarang dianggap sub-kelompok Polychaeta. Annalida dianggap anggota Lophotrochozoa, sebuah "Super Filum" Protostomes yang juga mencakup Mollusca dan Nemertea.

   Bentuk dasar Annelida terdiri dari beberapa segmen. Setiap segmen terdiri dari organ dan sebagian Polychaeta memiliki sepasang parapodia yang pada banyak spesies digunakan untuk penggerak.

   Banyak spesies bisa bereproduksi secara aseksual. Minoritas Polychaeta yang hidup bereproduksi dengan siklus hidup yang dikenal dengan larva trochophore, yang hidup sebagai plankton, kemudian tengelam dan bermetamorfosis menjadi dewasa. Oligochaeta full hermaprodit dan menghasilkan kepompong cincin di sekitar tubuh mereka dimana telur dipelihara sampai mereka siap untuk muncul.

   Cacing Tanah adalah Oligochaeta yang mendukung rantai makanan terestial, baik sebagai mangsa dan di beberapa daerah penting untuk aerasi dan menyuburkan tanah. Polychaeta laut merupakan sepertiga dari semua spesies di lingkungan dekat pantai, mendorong pengembangan ekosistem dengan memungkinkan air dan oksigen menembus dasar laut. Selain meningkatkan kesuburan tanah, Annelida juga dijadikan makanan dan umpan oleh manusia.

Classes dan Subclasses
   Ada lebih dari 22.000 spesies Annelida yang hidup, mulai dari ukuran mikroskopis sampai ukuran 3 meter (9,8 kaki). Pembagian kelompok Annelida:
  • Polychaeta (sekitar 12.000 spesies)
   Seperti namanya, mereka memiliki beberapa chaeta (rambut) per segmen. Polychaeta memiliki parapodia yang berfungsi sebagai anggota badan dan organ nuchal yang disebut chemosensor. Polychaeta sebagian besar hewan laut, meskipun beberapa spesies hidup di air tawar dan lebih sedikit di atas tanah.
  • Clitillata (sekitar 10.000 spesies)
   Mereka memiliki sedikit atau tidak ada chaeta (rambut) per segmen dan tidak ada organ nuchal atau parapodia. Namun mereka memiliki organ reproduksi yang unik yaitu clitellum berbentuk cincin disekitar tubuh mereka yang menghasilkan kepompong yang menyimpan dan memelihara telur sampai menetas.
Sub-kelas Clitillata dibagi menjadi:
     1. Oligochaeta (dengan beberapa rambut)
   Yang meliputi cacing tanah. Oligochaeta memiliki bantalan lengket di atap mulut. Kebanyakan menggali liang dan memakan bahan organik seluruhnya atau sebagian yang membusuk.
     2. Hirudinea
   Atau nama lainnya "Leech Shaped" dan anggotanya yang paling terkenal adalah lintah. Sebagian besar spesies di air laut adalah parasit penghisap darah terutama pada ikan, sementara sebagian besar spesies di air tawar adalah predator. Mereka memiliki alat penghisap di kedua ujung tubuh mereka dan menggunakannya untuk bergerak.
  • Uchiura (sekitar 230 spesies)
   Uchiura atau cacing sendok adalah sekelompok kecil hewan laut. Setelah diperlakukan sebagai filum yang terpisah, mereka sekarang secara universal dianggap mewakili cacing Annelida, yang telah kehilangan segmentasi mereka. Mayoritas Uchiura hidup di air dangkal, tetapi ada juga yang hidup di laut dalam.
  • Machaeridia
   Adalah kelompok yang telah punah. Cacing Annelida tersegmentasi. Ditemukan pada awal periode Ordovisium era Paleozoikum sampai periode Karbon. Kelompok ini terdiri dari 3 keluarga yang berbeda: Plumulitids, Turrilepadids dan Lepidocoleids.
Read More